Posts Tagged ‘Yesus’

Judas Returning the Thirty Pieces of Silver by Rembrandt

Pagi tadi saya sempat ngocol guyonan lawas dengan teman tentang asal mula istilah Paskah. Ceritanya, ketika Yesus hendak mengikuti perayaan tahunan ke Yerusalem; Dia dibikinkan baju baru oleh IbuNya, Maria. Tentu dengan kasih Ibu kepada anaknya yang tak terhingga sepanjang masa, seperti lagu anak-anak karangan S.M Moechtar; beliau menanyai Puteranya, Yesus, yang sedang mematut-matut baju fresh from oven itu. “Nak, pakaian baru yang Bunda bikin buatmu itu sudah cocok dan pas-kah?”

Habis ngomongin soal baju baru eh, malah saya jadi mikir soal perayaan Paskah tahun ini. Saya, seperti kebanyakan pengikut agama yang masih tradisionil umumnya selalu mendekat ke hal-hal fisik. Tetapi menjauh dengan menafikan hal spiritual dan hikmat. Selalu disibukkan dengan rencana belanja beli baju baru. Masak-masak dan makan. Berkunjung ke saudara dan kerabat. Bikin telur Paskah. Dan rancangan Easter Party yang meriah.

Dari deretan kebutuhan dan berbagai acara itu tentu seperti biasanya saya bikin analisa beaya. Pos ini untuk itu, pos yang itu untuk ini. Semuanya perlu pengeluaran sejumlah uang. Tidak gratis. Relatif tidak sedikit. Ya, membutuhkan uang dan uang, lagi-lagi uang..

Gara-gara motivasi Pra-Paskah tahun ini yang lumayan mantap. Ataukah baru waras Katolik Napas (Natal Paskah) saya. Soal kebutuhan uang beserta kesadaran keisengan nan beriman; maka saya coba revert dan korelasikan ke Kitab Suci. Greng, busyet dah! Mulia amat hari ini?! Saya buka program Alkitab Elektronik di komputer. Saya ketikkan sintaks pencarian: “uang”. Hasilnya, khusus buat Perjanjian Baru ada 136 ayat. Well, ternyata program Alkitab ini tidak bisa membedakan antara kata “uang” dan berbagai sufix, afix, prefix dan pembentukan katanya. Banyak dijumpai kata seperti: pembuangan, dibuang, buanglah, berjuang, perjuangan, ruangan dan aneka kata dari itu. Sedang kata berdiri sendiri “uang” walaupun ada tapi lebih sedikit dan tersebar.

Melihat keruwetan begini saya jadi bergumam, “Oh, Holy Spirit saya jadi mumet! Plis, beri petunjuk soal uang dong. Engkau memang tahu kalau saya selalu butuh duwit. Tapi kali ini saya lagi ingin tuntunanMu saja soal pendapatMu tentang… yaaa uang. Beri jalan dong buat maksud baik ini..”

Nggak tahu inspirasi dari mana, mendadak saya ingat kalau penulis Injil pertama yang bernama Mateus tuh Rasul yang sekaligus mantan pemungut pajak. Juru Mupu Beyo. Dan benar, hasil kuantitas dan kualitas pencarian dan kronologis the story of money kebanyakan ada di Injil Mateus.

Menariknya, ada ayat-ayat yang berturutan dengan definitif menunjuk kata “uang”. Jembrengan kisahnya ada di sini:

27:3 Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua,
27:4 dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.” Tetapi jawab mereka: “Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!”
27:5 Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri.
27:6 Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: “Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah.”
27:7 Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.
27:8 Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah.
27:9 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
27:10 dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.”

Woh, saya kok dibawa ke alur ini Bos? Ini soal uang darah (The Blood Money of Judas). Ini mah anak cerita. Kisah dibalik kisah. But mangke rumiyin, plis God, Anda memasukkan 8 kata “uang” di setiap ayat kalimat secara hampir berurutan tuh bijimana? Ini gaya atu-atunya neh. Tipologi frase kumpulan ayat ini layaknya bak novel-novel modern. Plot bersayap. Bukan alur utama tapi cerita latar belakang ataupun flash back. Gak jauh beda sama style-nya JK Rowling buat Harry Potter-nya kekeke. Biasanya didahului dengan kalimat, in another place, in another way atawa but away busway..

Tapi berbekal semangat dari yakinku teguh. Hati ikhlasku penuh, persis lagu Syukur-nya Husein Mutahar saya coba ngulik maksud tulisan ini. Tentu Tuhan, Sang Aspirator Agung lewat tangan Rasul Mateus, sang mantan pemungut pajak itu punya kesengajaan mulia untuk menuliskan ayat-ayat perduwitan ini. Tanda-tanda Illahi selalu bermaksud baik kepada manusia. Setidaknya saya masih berpikiran begitu.

Penggalan kisah ini termasuk jarang dibahas secara khusus di pertemuan pendalaman Kitab Suci. Apalagi anggota Lectio Davina di lingkungan saya yang isinya bapak-ibu sepuh yang umumnya gagap tafsir. Kalau ketemu beginian biasanya njawab, “Mbuh le, aku gak ngerti neh. Kalau aku ngasih penjelasan ntar takut salah. Tanya Romo kono wae yah!”  

Seketika pengin rasanya segera nggoogling, nanya mbah Google siapa tahu ada tulisan dari Wikipedia, Catholic Online, ensiklik Paus, naskah atau buku-buku tentang alur uang darah ini. Bagi saya penting. Lah 1 ayat saja kadang penjabarannya bisa jadi naskah studi, homili, bahkan thesis filsafat Frater seminaris kandidat Imam je. Jadi kalau ini ada obyek sama yang disebut 8 kali di ayat-ayat terusan dan berurutan kudunya ada.

Tapi niat itu saya batalkan. Lama-lama jadi jengah ketika mengingat kebiasaan upacara dan homili saat Tri Hari Suci Paskah. Alur kisah dibalik kisah ini tidak pernah disinggung. Sepertinya pada menghindar, nglewatin atau skipping buat nengok ayat-ayat Mateus 17. So poor my Judas, akhirnya ente disebut Iscariot, the traitor. Padahal tanpa kamu Judas, peristiwa penebusan tak bakal terjadi. Ente beresiko hidup mengambil peran jahat ini. Ya, plotmu terdepak dari plot lurus kisah Kamis Putih: menyentuhnya upacara pembasuhan para bapak diakon eh para Rasul, arak-arakan Pentahtaan Holy Sacrament, doa Tuguran gantian tiap stasi lingkungan yang kadang pesertanya lupa bahwa saat itu Yesus menderita lahir batin di Taman Gethesmane. Kemudian di keesokan harinya, jam 3 siang para Mudika rame-rame berdrama Penyaliban. Menyedihkan dan mencekam. Dan puncaknya di Sabtu malam keesokan harinya. Syahdunya exultate, aneka tradisi liturgi Misa Paskah yang selalu indah dan menggetarkan di tiap bagiannya.

Duh, tapi saya masih penasaran. Peristiwa Triduum Agung itu pasti ada penyebabnya langsung. Straight Cause. Gak mungkin deh, puncak peristiwa penyelamatan umat manusia terbesar ini ujug-ujug terjadi tanpa motivasi langsung para pihak?

Tentu dari pribadi Yesus sejak awal mula telah mengerti dan mengetahui untuk siap bermotivasi akan tugas hidupNya di dunia ini. Secara sadar Dia berbicara berkali-kali bahwa Putera Allah akan menderita, sengsara, disalibkan, mati lalu bangkit kembali. Bahkan Diapun tahu bahwa salah satu muridNya akan mengkhianati dan menyerahkan DiriNya. Dan itu terucap saat Perjamuan Agung di hari Kamis Putih. Bahkan ketika Dia berdoa sendirian di Gethesmane, Dia tak bergeming melihat gambaran siksaan yang akan ditanggung kepadaNya. KemanusiaanNya menjerit, penderitaan psikis dan ketakutannya menghebat. Dia hampir sekarat. PeluhNya menjadi tetes-tetes darah. Namun begitu Dia dengan teguh berkata, “dicens Pater si vis transfer calicem istum a me verumtamen non mea voluntas sed tua fiat” (Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi) [Luk 22:42].

Oke deh, si korban sekaligus tokoh sentral, Sang Juru Selamat telah siap dengan perannya. Dia tetap setia, tak beringsut, tak bergeser dari janjiNya. Ksatria yang selalu siap sedia menghadapi apapun yang terjadi. Lalu pihak antagonis musti ada dong. Tapi sebentar, Yesus tuh orang yang tidak bersalah. Tidak ada alasan dan bukti permulaan agar Dia bisa ditangkap. So, kudu ada lembaga representatif keagamaan setingkat Majelis Ulama yang mampu menjustifikasi dengan permufakatan agar Yesus layak dihukum.

Mengapa mesti Dewan Agama (Sanhedrin) yang mampu mencokok Yesus untuk dihukum? Ya, saat itu Israel dijajah Imperium Romawi. Tak ada kekuatan politik menonjol di situ. Pejuang politik anti penjajahan kacangan seperti Barabbas sudah ditangkap dan ditahan. Sedangkan kekuatan satu-satunya di Israel tinggal institusi Dewan dari para pemimpin agama tradisi yaitu agama Yahudi. Dan seperti kita ketahui, sudah 3 tahun ini Dewan itu mendapat laporan dari anggota dan antek-anteknya bahwa ada seorang yang kharismatis bernama Yesus dari Nazareth propinsi Galilea; punya banyak murid dan memberikan ajaran baru. Penganutnya semakin bertambah saja dari hari ke hari. Hal ini berpotensi meresahkan umat dan mengganggu keberadaan agama sebangsa [oops.. kaya klaim situasi sekarang yah?]. Bahkan hampir di setiap kali kesempatan mengajar baik dalam orasi maupun hanya sesi tanya jawab; Yesus mengritik keras pola kepemimpinan dan perilaku para pemimpin agama serta orang-orang Pharesee. Terbitlah aneka laporan kebencian dan berbagai petisi kekhawatiran. Untuk itu Yesus patut dihadapkan ke Dewan. Ditanyai motivasi, pertanggungjawabanNya, kuasaNya mengajar darimana dan apabila nyeleneh, menentang dan mengganggu eksistensi agama Yahudi; Dewan berhak menyerahkan kepada penguasa Romawi agar mendapat hukuman. Kalau perlu hukuman mati.

Sanhedrin, Dewan Agama eksklusif yang diketuai Caiphas ini memang pengecut. Dan naga-naganya penuh kebencian pada ajaran reformatif serta tak mau jadi pencokok utama buat menangkap Yesus. Mereka butuh broeker. Seorang trader bodoh mata duitan yang bersedia mengkhianati bosnya. Musuh dalam selimut. Dialah Judas, sang finance manager, murid sekaligus bendahara Yesus. Dengan persekongkolan busuk di antara kedua pihak disertai pembayaran sejumlah uang…

Oops, mendadak saya gemetar dan merinding. Deretan ayat Mateus 27: 3-10 yang sebelumnya saya anggap biasa jadi berarti. Bak cerita novel Celestine Prophecy-nya James Redfield manuskrip itu menemukan jawabannya.

Oh Lord, duh Gusti Kang Moho Agung ternyata kunci masuk guna membuka pintu peristiwa Karya Penyelamatan Terbesar bagi seluruh umat manusia diawali dari UANG. Tepatnya 30 keping uang perak.

Cangkokan cerita, plot kisah dibalik kisah yang beraroma negatif ini ternyata amat penting. Dari kisah trading busuk ini maka teranglah sekarang bahwa:

– Gara-gara UANG, Yudas bersedia jadi pengkhianat Gurunya.
– Gara-gara UANG, Yudas menipu Yesus.
– Gara-gara UANG, Yudaspun ditipu oleh Dewan Agama.
– Gara-gara UANG, pemuka agama memperoleh petunjuk, deal dan legitimasi sepihak dari pihak Yesus via Judas untuk dapat menangkapNya.
– Gara-gara UANG, Judas menangisi kebodohannya lalu mengembalikan uang itu tapi semuanya sudah terlambat.
– Gara-gara UANG, Yudas mengalami kekecewaan tak tertanggungkan. Mendorong dia mati tak terhormat. Gantung diri!

TETAPI:

– Gara-gara UANG, menjadi sarana penggerak awal. Starter katalis dari menggelindingnya operasi sebuah rangkaian Peristiwa Agung Penyelamatan dan Penebusan seluruh ras umat manusia.
– Gara-gara UANG, Yesus dapat diseret, diadili di depan Mahkamah Agama Yahudi; Disiksa, didera, dilecehkan, dimahkotai duri dihukum mati di depan Pontius Pilatus; memanggul salib, jatuh berkali-kali, dipaku di kayu salib dan mati kehabisan DarahNya yang Mulia.
– Gara-gara UANG, operasi revolusioner Yesus berjalan. Perbaikan, perubahan, penyempurnaan dan finalizing seluruh skrip kode ras manusia terjadi. Yesus jelas mengetahui dan sadar bahwa hanyalah lewat Dia saja; seorang Manusia yang sekaligus juga Allah Sang Pencipta yang bisa dan mampu mengubah. Tiada orang lain di muka bumi ini selain Dia. Baik di seluruh masa, waktu dan ruangnya. Yesus punya hak dan kode otorisasi. Namun sayangnya, operasi ini adalah operasi dahsyat dan mengerikan. Prosesi manusia dari yang HIDUP, lalu mengambil pertanggungjawaban seluruh kode manusia untuk MATI agar 3 hari kemudian BANGKIT kembali.

Yesus relawan untuk tugas ini. Pejuang jihad nekat tapi sukses! Dia dengan kesetiaan dan seluruh iman telah menjalani prosesi ini dari awal hingga akhir. Yeah, the operation for saving all man, human nature telah diselesaikanNya. Result: 100% successfully.. So koding manusia yang sejatinya sesudah MATI stagnant; Berhenti, tidak selesai, tidak tahu musti ke mana. Mati ya mati, yo uwis selesai sudah. Namun karena operasi itu Yesus telah berhasil merubah, memperbaiki, meng-advantage, meneruskan proses hidup manusia selanjutnya yaitu BANGKIT seperti Dia dan memperoleh HIDUP kekal. Jadi manusia janganlah takut akan kematian. Terlebih bagi para pengikut Kristus yang telah dikoding inisiasi olehNya lewat sakramen baptis. Semua telah diubah dan disempurnakan Yesus Kristus lewat SalibNya.

Penyempurnaan koding kematian inipun sebenarnya telah diaplikasikan Yesus kepada IbuNya, Maria. Anne Chaterine Emmerich lewat visionnya dalam 2 bab akhir di buku “The Life of the Blessed Virgin Mary” secara detail menggambarkan betapa indah dan sempurnanya kematian Sang Theotokos di Ephesus. Maria yang terbaring dikelilingi para Rasul yang ber-reuni dan berdoa, wafat alamiah setelah menerima Komuni dari Rasul Petrus. Dan Yesus beserta seluruh keajaiban Surgawi mengambil peranan menyambut sukma yang telah lepas dari badan IbuNya itu. Maria yang wafat pukul 3 persis waktu wafatnya Puteranya itu lalu jenasahnya dibawa ke Yerusalem. Diarak melewati jalan salib Puteranya kemudian ditempatkan di kubur batu di bukit Kidron, kaki bukit gunung Zaitun dekat taman Gethsemane. Selanjutnya Anne Emmerich menggambarkan dengan detail proses bersatu (reunited) jiwa Maria yang bercahaya surgawi itu dengan tubuhnya yang berada di kubur batu. Mawar yang bercahaya keluar dari peti batu dan menyinar ke surga menuju figur Yesus. Bagi Anne Emmerich yang pernah mendapat vision proses kebangkitan Kristus, dia menggambarkan kebangkitan Maria ini hampir sama persis. Demikian juga dia lukiskan tentang tubuh dan jiwa Maria yang telah bersatu itu bersinar terang benderang. Maria mengalami transfigurasi (beralih rupa) lalu diangkat (assumption) ke surga..

Jadi jangan Anda kira proyek penebusan dan keselamatan yang dilakukan Yesus itu eksklusif buat DiriNya saja. IbuNya pun memperoleh rahmat itu. Wafat, bangkit dan diangkat ke Surga. Kita manusia memperoleh skrip itu juga. Tinggal menunggu waktunya kelak. Berjaga-jagalah dengan seluruh iman, harapan, kasih dan doa yang tak pernah putus dalam Nama Yesus.

Kembali lagi ke soal uang. Dulu saya sempat berpikiran kalau Alkitab kurang memberi pengajaran tentang menejemen uang. Kecuali tentang perumpamaan talenta, saya mengira kalau dari uang akan terbit berbagai kebusukan, kekecewaan, mis-persepsi, pengkhianatan, keputus-asaan, kesia-siaan dan pembunuhan kepada diri sendiri.

Tetapi sangkaan saya itu sekarang gugur. Ternyata Alkitab menyodorkan nilai moral kebijaksanaan soal keuangan ini. Tak hanya ekses negatif dari ayat-ayat uang darahnya Yudas Iskariot tetapi juga nilai positif dari penggunaan uang secara baik. Sebelum terbitnya ayat-ayat tentang persekongkolan Yudas dengan imam-imam kepala agama Yahudi di atasnya langsung Mateus telah menuliskan:

26:6 Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta,
26:7 datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan.
26:8 Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: “Untuk apa pemborosan ini?
26:9 Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.”
26:10 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
26:12 Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku.
26:13 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”
….baru masuk/disusul ayat ini:
26:14 Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.
26:15 Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya..

Dari ayat-ayat di atas, perbuatan perempuan yang mencurahkan minyak ke atas kepala Yesus yang dikritik murid-murid sebagai pemborosan itu ternyata justru dianggap perbuatan baik oleh Sang Guru. Jadi, boros buat Tuhan itu baik. Eng ing eng..

Aha, saya jadi memperoleh pembenaran buat perencanaan pesta Paskah ini. Tak ada salahnya saya mengeluarkan uang lebih banyak dari biasanya untuk beli ini dan itu. Merencanakan kemeriahan pesta sukacita Paskah secara lebih baik. Toh saya tahu akan rasionalisasi anggaran sesuai kantong yang telah saya rencanakan 2 kali setahun. Natal dan Paskah.

Uang tidak pernah menipu dan melakukan kesalahan. Semuanya tergantung penilaian dari maksud si pemakai. Ah, semoga saya tidak lagi beranggapan bahwa mengeluarkan uang buat Tuhan adalah pemborosan. Berpikir boros akan menghambat acara. Biarkan lepas dan cul. Buat semua tujuan untuk menghormati, mempersembahkan dan bersyukur tak terhingga atas seluruh penyelenggaraan pengorbanan Yesus di kayu salib hingga wafat, lalu bangkit; Uang saya tak ada apa-apanya..

Selamat Hari Raya Paskah untuk semuanya..
Bijaksanalah mengelola uang Anda.
Tuhan Memberkati…